Senin, 17 Mei 2010

PERFUSI JARINGAN PADA KASUS CEDERA KEPALA DAN KEJANG DEMAM

I. Perfusi Jaringan Serebral Pada Cedera Kepala

A. Definisi
1. Definisi Perfusi Jaringan
Perfusi jaringan adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami penurunan nutrisi dan pernafasan pada tingkat perifer dalam suplai darah kapiler.
Perfusi jaringan adalah suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler.
2. Definisi cedera kepala
Cedera kepala adalah peristiwa yang sering terjadi dan mengakibatkan kelainan neurologist yang serius serta telah mencapai proporsi epidemic sebagai akibat dari kecelakaan kendaraan.
Cedera kepala adalah merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utsms pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Cedara kepala adalah salah satu diantara kebanyakan bahaya yang menimbulkan kematian pada manusia yang disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor dan jatuh merupakan penyebab umum kedua.

B. Etiologi
Perfusi jaringan pada kasus cedera kepala disebabkan oleh adanya trauma pada kepala ( contoh : kecelakaan lalu lintas, perkelahian, benturan, pukulan benda tajam atau tumpul). Menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran atau tekanan, makin besar getaran makin besar kerusakan yang timbul. Getaran dan benturan akan diteruskan menuju galia aponeorotika sehingga banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek atau fraktur sehingga akan menyebabkan haematoma epidual, sepdural maupun intra cranial, perdarahan tersebut akan mempengaruhi sirkulasi darah keotak menurun, sehingga suplay oksigen berkurang sehingga terjadi hipoksia jaringan lalu terjadilah perfusi jaringan.
C. Faktor yang berhubungan
1. perubahan afinitas Hb terhadap oksigen
2. penurunan konsentrasi Hb dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipervolemia
6. Hivoventilas
7. Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler
8. Gangguan aliran arteri
9. Gangguan aliran vena
10. Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena
11. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah

D. Tanda dan Gejala
a. Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah, lelah, kaku dan hilang keseimbangan
Tanda : perubahan kesadaran, letargo, hemiparese, quadreplegia,
ataksia, cara berjalan tak tegap, masalah daram
keseimbangan tonus otot, otot spastik.
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal ( hipertensi ) perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia).
c. Intergitas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian ( tenang atau
dramatis )
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, binggung, depresi dan impulsif.
d. Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih atau usus mengalami gangguan fungsi
e. Pernafasan
Gejala : perubahan pola nafas (apnea yang diselingi hiperventilasi ) Nafas berbunyi, stidor, tersedak, ronki, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi )

























II. Perfusi Jaringan Serebral Pada Kejang Demam

A. Definisi
1. Definisi Perfusi Jaringan
Perfusi jaringan adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami penurunan nutrisi dan pernafasan pada tingkat perifer dalam suplai darah kapiler.
Perfusi jaringan adalah suatu penurunan jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat kapiler.
. 2. Definisi kejang demam
Kejang demam pada anak adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh diatas 38 derajat celsius yang disebabkan oleh suatu proses ekstra cranial.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang terjadi pada umur antara 6 bulan sampai dengan 4 tahun, lama kejang kurang dari 20 menit, kejang bersifat umum, frekuensi kejang kurang dari 4x per tahun, kejang timbul dalam 16 jam sesudah kenaikan suhu.
Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra cranial atau penyebab tertentu.

B. Etiologi
Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang didapat dalam proses metabolisme sel. Sel – sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalsium ( K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lain kecuali clorida ( Cl -). Akbatnya konsentrasi ion K didalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah. Keadaan sebaliknya terjadi diluar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel tersebut maka terjadi beda potensial tyang disebut ’ Potensial Membran Sel Neuron ’Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim Na- ,K-, ATP ase yang terdapat dipermukaan sel.
Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhi oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstra seluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanik, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor
keturunan.
Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam, sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tunik kronik, tonik,klonik, akinetik, umumnya kejang berhenti sendiri begitu berhenti tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa saat orang tersebut terbangun tidak ada kelainan saraf.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah terjadi kejang, namun dengan anak pada ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu diatas 40 C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah.
Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vaskuler dan edema otak serta kerusakan sel neuron.

C. Faktor Yang Berhubungan
1. Perubahan afinitas Hb terhadap oksigen
2. Penurunan konsentrasi Hb dalam darah
3. Keracunan enzim
4. Gangguan pertukaran
5. Hipervolemia
6. Hivoventilas
7. Gangguan transport oksigen melalui alveolar dan membrane kapiler
8. Gangguan aliran arteri
9. Gangguan aliran vena
10. Penurunan mekanis dari aliran darah arteri dan vena
11. Ketidaksesuaian antara ventilasi dan aliran darah

D. Tanda Dan Gejala
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam
beraktifitas atau bekerja yang ditimbulkan oleh diri
sendiri atau orang terdekat / pemberi asuhan kesehatan
orang lain.
Tanda : perubahan tonos atau kekuatan otot gerakan involunter
atau kontraksi otot ataupun sekelompok otot.
b. Eliminasi
Gejala : inkontenesia episodio
Tanda : iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus
springter
Posiktal : otot relaksasi yang menyebabkan inkontenesia ( baik urin atau fecal )
c. makanan atau cairan
Gejala : sensifitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktifitas kejang.
Tanda : kerusakan jaringan lunak / gigi (cedera selam kejang )
Hiperplasia gingival ( efek samping pemakaian dilantin
jangka panjanng )
d. Pernafasan
Gejala : fase iktal : gigi mengantup, sianosis, pernafasan menurun
atau cepat, peningkatan sekresi mucus.
Fase posiktal : apnea




Karakteristik
1. Perubahan status mental
2. Perubahan perilaku
3. Perubahan respon motorik
4. Perubahan reaksi pupil
5. Kesulitan menelan
6. Kelemahan ekstrimatas atau kelumpuhan
7. Ketidaknormalan dalam berbicara

Intervensi
1. Peningkatan perfusi serebral : Peningkatan keadekuatan Perfusi dan pembatasan dari komplikasi untuk pasien yang mengalami atau beresiko terjadi ketidakadekuatan perfusi serebral
2. Perawatan sirkulasi : Peningkatan sirkulasi arteri dan vena
3. Pemantauan tekanan intrakranial : pengukuran interprestasi data pasien untuk mengatur tekanan intrakranial
4. Pemantauan neurologis : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mencegah atau mengurangi komplikasi neurologis
5. Penatalaksanaan sensasi perifer : pencegahan atau pengurangan cedera dn tidak kenyamanan pada pasien dengan perubahan sensasi

3 komentar: